10 pencetak gol tertua dalam sejarah Piala Dunia

Pemain timnas Portugal Cristiano Ronaldo meluapkan kegembiraannya seusai rekannya berhasil mencetak gol pada laga grup H Piala Dunia 2022 melawan Uruguay di Lusail Stadium, Lusail, Qatar, Senin (28/11/2022). Portugal menang dengan skor 2-0 dan memastikan lolos ke babak 16 besar. ANTARA FOTO/REUTERS/Kai Pfaffenbach/aww.

Jakarta (ANTARA) – Piala Dunia bukan hanya menjadi panggung adu strategi dan taktik antarnegara, tetapi juga arena para pesepak bola dunia menunjukkan kemampuan terbaik mereka, bahkan di usia yang tak lagi muda. Tidak sedikit pemain senior yang tetap mampu mencetak gol dan mencatatkan namanya dalam sejarah turnamen sepak bola terbesar di dunia itu.

Berikut ini adalah daftar 10 pencetak gol tertua dalam sejarah Piala Dunia, berdasarkan usia saat mereka membobol gawang lawan:

1. Roger Milla (Kamerun) – 42 tahun 39 hari

Legenda Kamerun ini menjadi pencetak gol tertua dalam sejarah Piala Dunia. Ia mencetak gol saat Kamerun menghadapi Rusia pada babak penyisihan grup Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Meski Kamerun kalah telak 1-6, gol Milla tetap abadi dalam buku rekor FIFA.

2. Pepe (Portugal) – 39 tahun 283 hari

Bek tengah Portugal ini mencetak gol saat menghadapi Swiss di babak 16 besar Piala Dunia 2022 di Qatar. Gol sundulannya membawa Portugal unggul 2-0, sebelum akhirnya menang besar dengan skor 6-1.

Baca juga: Daftar pencetak gol: Salah memimpin, Haaland dan Palmer membayangi

3. Cristiano Ronaldo (Portugal) – 37 tahun 292 hari

Superstar Portugal ini mencetak satu gol melalui penalti saat melawan Ghana pada fase grup Piala Dunia 2022. Gol tersebut turut membantu kemenangan Portugal dengan skor 3-2 sekaligus menjadikan Ronaldo pencetak gol di lima edisi Piala Dunia berbeda.

4. Gunnar Gren (Swedia) – 37 tahun 236 hari

Gunnar Gren mencetak gol penting bagi Swedia dalam laga semifinal Piala Dunia 1958 melawan Jerman Barat. Golnya membawa Swedia unggul 2-1, dan akhirnya menang 3-1 untuk melaju ke final.

5. Cuauhtemoc Blanco (Meksiko) – 37 tahun 151 hari

Blanco menjadi salah satu kunci kemenangan Meksiko atas Prancis 2-0 pada fase grup Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Golnya dicetak melalui eksekusi penalti, menegaskan perannya sebagai pemain senior yang masih tajam.

6. Felipe Baloy (Panama) – 37 tahun 120 hari

Felipe Baloy mencetak gol bersejarah untuk Panama saat menghadapi Inggris pada Piala Dunia 2018. Gol tersebut merupakan yang pertama dan satu-satunya untuk Panama di turnamen tersebut, meski mereka kalah 1-6.

Baca juga: Guirassy pimpin pencetak gol terbanyak Liga Champions

7. Obdulio Varela (Uruguay) – 36 tahun 279 hari

Kapten legendaris Uruguay ini mencetak gol penting di perempat final Piala Dunia 1954 melawan Inggris. Dengan kepemimpinannya, Uruguay menang 4-2 dalam pertandingan penuh drama.

8. Martin Palermo (Argentina) – 36 tahun 227 hari

Martin Palermo mencetak gol di menit-menit akhir saat Argentina menang 2-0 atas Yunani pada fase grup Piala Dunia 2010. Gol tersebut mempertegas peran pentingnya sebagai supersub dalam skuat Argentina.

9. Georges Bregy (Swiss) – 36 tahun 152 hari

Bregy mencetak gol pembuka untuk Swiss saat melawan Amerika Serikat di Piala Dunia 1994. Meski laga berakhir imbang 1-1, namanya tercatat sebagai salah satu pencetak gol veteran di turnamen ini.

10. Olivier Giroud (Prancis) – 36 tahun 71 hari

Penyerang senior Prancis ini mencetak gol penting saat menghadapi Inggris di perempat final Piala Dunia 2022. Gol sundulannya menjadi penentu kemenangan 2-1 dan mengantarkan Prancis ke semifinal.

Kehadiran para pemain senior yang tidak muda lagi, namun tetap mampu mencetak gol di Piala Dunia ini menunjukkan bahwa usia bukan penghalang untuk bersinar di level tertinggi sepak bola. Semangat, pengalaman, dan kecerdasan visi bermain menjadi kunci keberhasilan mereka mengukir sejarah di usia yang tidak muda.

Baca juga: Pencetak gol terbanyak Peru Paolo Guerrero pensiun perkuat timnas

Baca juga: Alex Martins pemain tersubur Liga 1 sampai pekan ke-22

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025

Profil Xabi Alonso: Pelatih baru Real Madrid musim depan

Foto arsip: Xabi Alonso. (Photo by INA FASSBENDER / AFP) / DFL REGULATIONS PROHIBIT ANY USE OF PHOTOGRAPHS AS IMAGE SEQUENCES AND/OR QUASI-VIDEO (AFP/INA FASSBENDER)

Jakarta (ANTARA) – Mantan gelandang andalan Real Madrid dan tim nasional Spanyol, Xabi Alonso dikabarkan akan resmi menjadi pelatih baru Los Blancos mulai 1 Juni 2025. Meskipun belum diumumkan secara resmi oleh klub, sejumlah sumber menyebut bahwa pengumuman hanya tinggal menunggu waktu.

Kepastian ini turut dikonfirmasi oleh jurnalis sepak bola ternama Fabrizio Romano dalam unggahan di akun media sosialnya. “Here We Go! Xabi Alonso akan menjadi pelatih baru Real Madrid hingga Juni 2028,” tulis Fabrizio seraya menyebutkan bahwa kesepakatan sudah rampung dan era baru di Madrid akan segera dimulai usai kepergian Carlo Ancelotti.

Lahir di Tolosa, Spanyol, pada 25 November 1981, Xabi Alonso dikenal sebagai salah satu gelandang terbaik di masanya. Ia memulai karier profesionalnya di Real Sociedad sebelum bergabung dengan Liverpool pada tahun 2004. Bersama The Reds, Alonso mencetak sejarah dengan menjuarai Liga Champions 2004/2005 melalui laga final dramatis melawan AC Milan.

Penampilan Alonso dikenal solid sebagai gelandang bertahan maupun playmaker. Ia piawai dalam penguasaan bola, distribusi umpan jarak jauh, serta memiliki tendangan jarak jauh yang akurat. Selain itu, ia juga memiliki naluri bertahan yang kuat, menjadikannya sebagai gelandang yang komplit.

Setelah sukses di Inggris, Alonso bergabung dengan Real Madrid pada 2009. Ia menjadi bagian penting dari lini tengah Los Blancos hingga 2014 dan mencatatkan 158 penampilan. Bersama Madrid, Alonso meraih gelar La Liga 2011/2012 dan Liga Champions musim 2013/2014.

Ia kemudian melanjutkan karier ke Bayern Munchen sebelum pensiun pada 2017. Di level tim nasional, Alonso mencatatkan 114 caps dan mencetak 16 gol. Ia turut mempersembahkan tiga trofi bergengsi untuk Spanyol: Euro 2008, Piala Dunia 2010, dan Euro 2012.

Baca juga: Jadwal Liga Spanyol pekan ke-37: perebutan satu tempat Liga Champions

Karier kepelatihan

Setelah gantung sepatu, Alonso memulai karier kepelatihan di tim muda Real Madrid pada 2018, lalu menangani Real Sociedad B selama tiga musim (2019–2022). Ia kemudian dipercaya melatih Bayer Leverkusen sejak Oktober 2022.

Prestasi Alonso sebagai pelatih sangat gemilang. Ia berhasil membawa Leverkusen menjuarai Bundesliga Jerman 2023/2024, mengakhiri dominasi Bayern Munchen selama lebih dari satu dekade. Ia juga mempersembahkan gelar DFB-Pokal dan Piala Super Jerman untuk klub asal Nordrhein-Westfalen tersebut.

Dengan rasio poin per pertandingan (PPM) 2,14 dari 139 laga bersama Leverkusen, Alonso membuktikan kematangannya sebagai pelatih muda dengan visi dan strategi permainan yang modern dan efektif.

Alonso dijadwalkan mulai menangani Real Madrid pada 1 Juni 2025, dua pekan sebelum digelarnya Piala Dunia Antarklub di Amerika Serikat. Penunjukan ini menjadi momen yang emosional mengingat Alonso merupakan mantan pemain yang dicintai fans Madrid.

Keputusan manajemen El Real menunjuk Alonso dipandang sebagai upaya regenerasi sekaligus investasi jangka panjang. Ia akan memimpin tim hingga setidaknya musim panas 2028.

Dengan bekal pengalaman sebagai pemain elite dan kesuksesan awal sebagai pelatih, publik Santiago Bernabéu menaruh harapan besar kepada Alonso untuk membawa Real Madrid meraih kejayaan baru, baik di kompetisi domestik maupun Eropa.

Catatan prestasi sebagai Pelatih:

  • Juara Bundesliga 2023/2024 – Bayer Leverkusen
  • Juara DFB-Pokal 2023/2024 – Bayer Leverkusen
  • Juara Piala Super Jerman 2024/2025 – Bayer Leverkusen

Alonso bukan hanya pelatih dengan masa depan cerah, namun juga sosok yang memahami nilai dan tradisi Real Madrid. Keberhasilannya di Leverkusen menjadi bukti bahwa ia siap untuk tantangan yang lebih besar di panggung Santiago Bernabéu.

Baca juga: Real Madrid ajukan penawaran pertama untuk boyong Dean Huijsen

Baca juga: Man City dan Real Madrid bersaing untuk dapatkan Tijjani Reijnders

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025

Dampak doping di sepak bola: Dari kesehatan atlet hingga sanksi FIFA

Ilustrasi – FIFA beri sanksi pesepak bola Rusia yang melanggar aturan anti-doping (ANTARA/Juns)

Jakarta (ANTARA) – Doping merupakan pelanggaran serius dalam dunia olahraga, termasuk sepak bola. Tindakan penggunaan zat atau metode terlarang untuk meningkatkan performa fisik atau mental secara tidak wajar ini bukan hanya membahayakan kesehatan atlet, tetapi juga mencederai prinsip fair play yang menjadi dasar dalam setiap kompetisi olahraga.

Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) sebagai badan pengelola sepak bola dunia menerapkan aturan ketat terkait doping. Kerja sama erat dengan World Anti-Doping Agency (WADA) dilakukan untuk memberantas penggunaan doping secara menyeluruh, baik melalui tes rutin, pengawasan obat-obatan, hingga penerapan sanksi tegas.

Pengertian dan jenis doping

Doping merujuk pada penggunaan zat atau metode yang termasuk dalam daftar terlarang (prohibited list) WADA. Tujuannya adalah memperoleh keuntungan kompetitif secara tidak adil, seperti peningkatan kekuatan otot, daya tahan, atau kecepatan pemulihan tubuh.

Beberapa zat yang kerap digunakan dalam praktik doping meliputi:

  • Stimulansia, seperti amfetamin dan kokain, untuk meningkatkan fokus dan energi.
  • Steroid anabolik, untuk menambah massa otot dan kekuatan.
  • Hormon pertumbuhan manusia (HGH), guna mempercepat pemulihan jaringan.
  • Erythropoietin (EPO), yang meningkatkan kadar oksigen dalam darah.
  • Diuretik, yang digunakan untuk menurunkan berat badan dengan cepat dan menyembunyikan jejak zat terlarang.

Selain zat kimia, terdapat pula metode doping seperti blood doping (penyuntikan ulang darah sendiri), manipulasi genetik (gene doping), serta penggunaan zat penyamaran (masking agents).

Baca juga: Hukuman dikurangi jadi 18 bulan, Pogba bisa kembali main tahun 2025

Langkah-langkah FIFA dalam pengawasan doping

​​​​​​​FIFA menetapkan sejumlah langkah strategis guna mencegah dan menindak penggunaan doping dalam sepak bola, antara lain:

1. Tes acak dan rutin

Pemain dapat dipanggil untuk menjalani tes doping kapan saja, baik saat kompetisi berlangsung maupun di luar musim. Sampel urine dan darah diambil untuk dianalisis oleh laboratorium resmi yang terakreditasi WADA.

2. Therapeutic Use Exemption (TUE)

Jika pemain membutuhkan obat yang mengandung zat terlarang untuk alasan medis, maka harus mengajukan TUE kepada otoritas terkait. Tanpa izin ini, penggunaan obat tersebut tetap dianggap sebagai pelanggaran doping.

3. Sanksi tegas

FIFA menjatuhkan sanksi berat bagi pelaku doping, termasuk:

  • Larangan bermain, yang dapat berlangsung selama beberapa bulan hingga bertahun-tahun, seperti kasus Paul Pogba.
  • Diskualifikasi tim, jika ditemukan pelanggaran doping massal dalam satu tim.
  • Denda finansial terhadap pemain atau klub yang melanggar.

Dampak doping dalam sepak bola

Penggunaan doping memiliki dampak serius, baik dari segi kesehatan maupun reputasi olahraga. Dari sisi fisik, doping dapat menyebabkan gangguan jantung, kerusakan organ dalam, hingga ketidakseimbangan hormon. Sementara dari sisi psikologis, pengguna berisiko mengalami kecemasan, depresi, dan ketergantungan.

Secara kompetitif, doping merusak semangat fair play dan dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap kejujuran pertandingan. Pemain yang terbukti melakukan doping kerap kehilangan dukungan klub, sponsor, bahkan penggemar.

Baca juga: Paul Pogba ajukan banding terhadap sanksi larangan bermain 4 tahun

Upaya global memberantas doping

​​​​​​​FIFA bersama WADA dan lembaga anti-doping nasional aktif mengembangkan sistem deteksi doping yang lebih akurat, seperti biological passport yang memantau perubahan biologis tubuh atlet secara jangka panjang. Selain itu, kampanye edukasi dan seminar rutin digelar untuk menyosialisasikan bahaya doping, terutama kepada pemain muda.

Beberapa negara juga mulai menerapkan sanksi hukum terhadap pelaku doping. Negara seperti Jerman dan Italia telah memasukkan pelanggaran doping sebagai tindak pidana, sehingga pelaku dapat dijerat dengan hukuman penjara.

FIFA memandang doping sebagai pelanggaran berat yang merusak nilai-nilai sportivitas dalam sepak bola. Melalui regulasi yang ketat, pengawasan medis yang ketat, serta sanksi yang tegas, FIFA berkomitmen menjaga integritas dan keadilan dalam setiap pertandingan.

Edukasi dan kesadaran kolektif seluruh pemangku kepentingan menjadi kunci dalam menciptakan sepak bola yang bersih dan sehat dari doping.

Baca juga: Terbukti gunakan doping, Paul Pogba dilarang main 4 tahun

Baca juga: Pemain sepak bola Papu Gomez bantah gunakan doping

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025

Jersey terbaru Manchester United untuk musim depan 2025/2026

Arsip foto – Pesepak bola Manchester United Casemiro dan Alejandro Garnacho melakukan selebrasi usai bertanding melawan Crystal Palace​​​​​​​ dalam laga babak ketiga Piala Carabao, di Stadion Old Trafford, Manchester, Inggris. ANTARA FOTO/Reuters-Jason Cairnduff /hp/pri.

Jakarta (ANTARA) – Manchester United bersama produsen perlengkapan olahraga asal Jerman, Adidas, kembali memperkenalkan desain jersey terbaru mereka untuk musim kompetisi 2025/2026. Koleksi ini menampilkan tiga varian kostum, yakni kandang (home), tandang (away), dan jersey ketiga (third) yang memadukan elemen tradisional klub dengan sentuhan desain ikonik dari masa lalu.

Jersey kandang Manchester United musim 2025/2026 tetap mempertahankan warna merah sebagai warna utama, dipadukan dengan logo berwarna putih serta aksen hitam pada bagian bahu berupa tiga garis khas Adidas. Keunikan dari desain musim ini terletak pada motif grafis lengan yang terinspirasi dari stadion Old Trafford, markas legendaris klub berjuluk Setan Merah itu.

Tulisan “Theatre of Dreams“, julukan ikonik untuk Old Trafford, juga dicetak pada bagian kerah sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan atmosfer stadion yang menjadi saksi berbagai momen bersejarah klub. Ini merupakan pertama kalinya sejak musim 1996-1998 Manchester United kembali menggunakan cetakan grafis khusus pada lengan jersey kandang mereka.

Sementara itu, jersey tandang menghadirkan nuansa lembut dan retro dengan kombinasi warna putih dan lavender muda, dilengkapi aksen ungu gelap (Dark Plum). Desain ini terinspirasi dari motif “snowflake” atau salju yang pernah digunakan pada jersey tandang United musim 1990-1992. Meski tetap mengusung motif yang sama, desain musim ini menampilkan ukuran salju yang lebih besar serta sentuhan modern seperti kerah berbentuk V yang saling bertumpuk.

Baca juga: Amorim sebut fans MU rela lakukan apa saja demi beri dukungan di final

Sebagai pembeda, Adidas tidak menampilkan logo penuh klub pada jersey tandang, melainkan hanya menggunakan simbol iblis merah, yang merupakan ikon khas dari lambang Manchester United.

Adapun celana pendek yang dipasangkan dengan jersey tandang juga hadir dalam warna ungu gelap senada dengan logo pada bagian dada.

Untuk jersey ketiga, Manchester United menghidupkan kembali desain ikonik dari musim 1993-1995. Warna dasar hitam dipadukan dengan aksen kuning dan biru, menghadirkan nuansa klasik yang kuat. Adidas menggunakan logo Trefoil klasik serta versi modern dari logo perisai yang digunakan pada masa tersebut.

Sentuhan warna kuning, hitam, dan biru juga terlihat pada bagian kerah dan ujung lengan, menciptakan tampilan yang khas dan penuh nostalgia. Kostum ini dilengkapi dengan celana dan kaus kaki berwarna serupa.

Ketiga varian jersey ini diprediksi akan mulai tersedia untuk umum pada pertengahan tahun 2025. Jersey kandang dan tandang diperkirakan mulai dijual pada Juni 2025, sementara jersey ketiga dijadwalkan rilis antara Agustus hingga September 2025.

Baca juga: Ruben Amorim “sangat yakin” MU bisa memenangkan Liga Europa

Baca juga: Manchester United selangkah lagi dapatkan Matheus Cunha

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025

Mengenal DPMM FC: Klub Brunei yang akan menjadi tim baru Sananta

Pesepak bola Persis Solo Ramadhan Sananta (bawah) berebut bola dengan pesepak bola Persita Tangerang Arif Setiawan (atas) pada pertandingan BRI Liga 1 2024/2025 di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Minggu (27/4/2025). Persis Solo menang atas Persita Tangerang dengan skor 1-0. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/YU (ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA)

Jakarta (ANTARA) – Penyerang muda Persis Solo dan Tim Nasional Indonesia, Ramadhan Sananta, dipastikan akan melanjutkan karier profesionalnya di luar negeri. Ia akan bergabung dengan klub Duli Pengiran Muda Mahkota Football Club (DPMM FC), yang merupakan klub profesional asal Brunei Darussalam dan saat ini akan berkompetisi di Liga Super Malaysia.

Sananta dijadwalkan bergabung pada bulan Juni 2025 mendatang dengan mengisi kuota pemain ASEAN. Informasi ini dikonfirmasi melalui laman resmi klub DPMM FC. Bergabungnya Sananta menjadi bagian dari langkah ambisius klub untuk memperkuat skuad dalam menyambut musim baru di kasta tertinggi sepak bola Malaysia.

Perjalanan dan sejarah klub DPMM FC

DPMM FC merupakan klub yang dimiliki oleh Putra Mahkota Brunei, Pangeran Al-Muhtadee Billah. Klub ini bermarkas di Bandar Seri Begawan dan memainkan laga kandang di Stadion Nasional Hassanal Bolkiah yang berkapasitas 30.000 penonton.

Meski baru berdiri secara profesional pada tahun 2000, cikal bakal DPMM FC dimulai sejak 1994 sebagai tim sepak bola perguruan tinggi. Setelah menjadi tim paling sukses di level mahasiswa, klub ini bertransformasi menjadi kekuatan baru di kompetisi domestik Brunei. Mereka menjuarai Liga Utama Brunei pada musim 2002 dan 2004, serta meraih Piala FA Brunei dan Piala Super Brunei pada periode yang sama.

Pada 2005, DPMM FC memutuskan berkompetisi di Liga Malaysia, menggantikan tim perwakilan Brunei. Mereka berhasil promosi ke Malaysia Super League dan tampil mengejutkan dengan finis di peringkat ketiga pada musim pertamanya (2006–2007). Namun, akibat pembekuan Asosiasi Sepak Bola Brunei oleh FIFA pada 2009, DPMM FC harus keluar dari kompetisi Malaysia.

Baca juga: Ramadhan Sananta resmi bermain di Liga Malaysia musim depan

Petualangan di Liga Singapura

DPMM kemudian hijrah ke Liga Singapura (S.League) pada 2009 dan mencetak sejarah sebagai klub pertama yang bermarkas di luar Singapura. Klub ini sukses menjuarai Piala Liga Singapura (Singapore League Cup) di musim perdananya, sebelum kembali terkena dampak sanksi FIFA yang membuat mereka harus mundur dari kompetisi.

Setelah pembekuan dicabut, DPMM FC kembali tampil di Liga Singapura mulai 2012 dan mencapai puncaknya pada 2015 saat berhasil meraih gelar juara S.League. Mereka kembali menjadi kampiun Liga Singapura pada 2019.

Namun, dinamika regulasi serta pandemi COVID-19 membuat DPMM FC beberapa kali menarik diri dari kompetisi Singapura dan kembali tampil di Liga Brunei. Klub ini kemudian kembali lagi ke Liga Singapura untuk musim 2023–2025.

Kembali ke Liga Malaysia

Kini, setelah lebih dari dua dekade, DPMM FC akan kembali tampil di Liga Super Malaysia musim 2025/2026, sekaligus menandai penampilan perdananya di kasta tertinggi Malaysia sejak terakhir kali pada 1990. Kehadiran Sananta diharapkan bisa menambah daya gedor klub yang tengah membangun kembali kekuatannya di kancah regional.

DPMM FC bukan hanya klub yang memiliki sejarah panjang dan prestasi, namun juga dikenal sebagai tim yang profesional dan dikelola dengan serius oleh Kerajaan Brunei. Dengan fasilitas stadion berstandar FIFA dan dukungan penuh dari pemerintah, DPMM FC diyakini menjadi tempat yang ideal bagi Sananta untuk berkembang dan menambah pengalaman internasionalnya.

Prestasi DPMM FC

  • Juara Liga Singapura: 2015, 2019
  • Juara Piala Liga Singapura: 2009, 2012, 2014
  • Juara Liga Utama Brunei: 2001/2002, 2003/2004
  • Juara Piala FA Brunei: 2021/2022

Dengan bergabungnya Sananta ke DPMM FC, maka bertambah pula daftar pemain Indonesia yang merumput di luar negeri, sejalan dengan meningkatnya eksistensi pesepak bola nasional di kancah Asia Tenggara.

Baca juga: Persis Solo permalukan PSIS Semarang di kandang

Baca juga: Ramadhan Sananta janji tampil terbaik hadapi Malut United

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025

Peran penting scout dalam industri sepak bola modern

Liverpool mengumumkan transfer bek Ibrahima Konate dari RB Leipzig. (ANTARA/Gilang Galiartha)

Jakarta (ANTARA) – Dalam dunia sepak bola modern yang semakin kompetitif, peran scout atau pencari bakat menjadi fondasi penting dalam membangun kesuksesan sebuah klub. Di balik megahnya transfer pemain bintang dan gemerlap kompetisi elite Eropa, ada kerja panjang, teliti, dan kadang tak terlihat dari para scout yang bekerja di balik layar.

Mereka adalah individu yang mengidentifikasi potensi tersembunyi sejak dini dan menjadi jembatan penting antara bakat mentah dan kesuksesan profesional.

Definisi dan tugas utama scout

Secara sederhana, scout adalah seseorang atau tim yang bertugas mengamati, menilai, dan merekomendasikan pemain sepak bola kepada manajemen klub. Tugas mereka tidak hanya melihat pemain dari segi kemampuan teknis di lapangan, tetapi juga memperhatikan aspek fisik, psikologis, hingga latar belakang sosial sang pemain.

Dalam praktiknya, scouting terbagi menjadi beberapa kategori:

  • Youth scouting: Pencarian bakat usia muda dari akademi atau kompetisi lokal.
  • First-team scouting: Pencarian pemain yang bisa langsung memperkuat tim utama.
  • Opposition scouting: Menganalisis calon lawan sebelum pertandingan.

Baca juga: Dampak doping di sepak bola: Dari kesehatan atlet hingga sanksi FIFA

Seorang scout modern tidak hanya berbekal insting dan mata jeli, tapi juga didukung perangkat teknologi seperti data statistik, rekaman video, hingga kecerdasan buatan. Klub-klub besar seperti Manchester City, Liverpool, atau RB Leipzig bahkan memiliki departemen scouting dengan sistem data analitik yang kompleks.

Di Eropa, scouting telah menjadi industri tersendiri. Klub-klub besar memiliki jaringan scout yang tersebar di berbagai negara. Misalnya, Ajax Amsterdam dikenal memiliki sistem scouting yang sangat kuat untuk pemain muda di Eropa Timur dan Afrika. Sementara klub seperti Borussia Dortmund telah membuktikan efektivitas scouting mereka dalam menemukan pemain muda potensial seperti Erling Haaland dan Jude Bellingham.

Sebagian besar klub Eropa kini menggabungkan scouting berbasis data (data-driven scouting) dan scouting konvensional (traditional scouting). Perusahaan seperti Wyscout, InStat, dan SciSports menyediakan data mendalam tentang ribuan pemain di seluruh dunia. Data ini meliputi jumlah umpan sukses, posisi ideal, kecepatan sprint, hingga analisis performa dalam berbagai situasi pertandingan.

Namun demikian, para scout juga tetap melakukan penilaian langsung di lapangan. Ada aspek yang tidak bisa diukur angka, seperti kecerdasan taktis, determinasi, dan etos kerja, yang hanya bisa dilihat dengan mata dan dirasakan melalui observasi langsung.

Baca juga: PSSI gelar lisensi pelatih sepak bola di Bali diikuti 48 wanita

Kondisi scouting di Indonesia masih dalam tahap berkembang

Berbeda dengan Eropa, sistem scouting di Indonesia masih belum sepenuhnya profesional. Banyak klub Liga 1 masih mengandalkan rekomendasi personal atau turnamen-turnamen lokal untuk mencari pemain muda. Tidak sedikit klub yang belum memiliki scout khusus dengan pelatihan formal.

Beberapa kendala yang dihadapi scouting di Indonesia antara lain:

  • Kurangnya akses ke data statistik yang komprehensif.
  • Belum adanya kurikulum pendidikan scouting yang baku.
  • Minimnya eksposur dan dokumentasi kompetisi usia dini secara sistematis.

Namun, seiring berkembangnya infrastruktur dan meningkatnya kesadaran klub terhadap pentingnya investasi jangka panjang, mulai terlihat inisiatif positif. Klub-klub seperti Persib Bandung dan PSM Makassar mulai mengembangkan akademi dan memperluas jaringan scouting mereka. PSSI juga tengah membangun sistem talent identification nasional untuk mendukung pembinaan pemain usia muda.

Scout sebagai pilar penting dalam manajemen klub

Peran scout tidak bisa dipandang sebelah mata. Keberhasilan transfer pemain seperti Mohamed Salah (Liverpool), Jamal Musiala (Bayern), hingga pemain muda lokal seperti Marselino Ferdinan tidak lepas dari kejelian scout dalam melihat potensi.

Dalam jangka panjang, sistem scouting yang baik akan memberikan efek domino yang positif, seperti:

  • Efisiensi biaya transfer karena menemukan pemain sebelum harga melambung.
  • Konsistensi performa tim dengan regenerasi pemain.
  • Meningkatkan nilai ekonomi klub melalui pengembangan dan penjualan pemain.

Scout adalah pahlawan senyap dalam dunia sepak bola. Di tangan mereka, nasib seorang pemain bisa berubah, dan masa depan klub bisa ditentukan. Di era sepak bola modern yang mengandalkan teknologi dan efisiensi, keberadaan dan profesionalisme scout menjadi kebutuhan mutlak. Indonesia pun harus mulai membangun ekosistem scouting yang terstruktur dan berbasis data jika ingin bersaing di level Asia maupun dunia.

Baca juga: Kiper Pepe Reina umumkan pensiun dari sepak bola profesional

Baca juga: Pep Guardiola ingin skuad Manchester City lebih ramping musim depan

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025

Intip desain jersey Chelsea 2025/2026: Home, away, dan third kit Nike

Jakarta (ANTARA) – Klub Liga Premier Inggris asal London, Chelsea FC, merilis jersey kandang terbaru mereka untuk musim kompetisi 2025/2026. Masih diproduksi oleh Nike, desain kostum musim ini menghadirkan kombinasi warna klasik dengan sentuhan modern yang mencerminkan karakter kota London dan warisan klub.

Jersey kandang Chelsea 2025/2026 menampilkan warna biru khas klub yang disebut Rush Blue, dikombinasikan dengan aksen putih dan merah terang (Speed Red). Elemen desain paling mencolok dari kostum ini adalah grafis bergaya grunge, yang menurut pihak klub, merepresentasikan sisi tangguh dan keras dari kehidupan di kota London serta semangat para pendukungnya.

Secara resmi, kombinasi warna yang digunakan dalam jersey kandang ini adalah Rush Blue / Speed Red / White. Jersey ini telah dirilis ke publik pada 16 Mei 2025 dan dijual dengan harga ritel sebesar 125 poundsterling atau setara sekitar Rp2,5 juta.

Baca juga: Newcastle naik ke peringkat tiga setelah tekuk Chelsea 2-0

Sentuhan retro di jersey tandang




Sementara itu, jersey tandang Chelsea musim depan mengusung nuansa retro dengan inspirasi dari kostum musim 1974/1975. Warna dasar yang digunakan adalah putih gading (Phantom), dipadukan dengan warna hijau gelap militer (Galactic Jade) serta aksen merah. Ciri khas dari desain ini adalah garis vertikal di bagian tengah yang menggabungkan ketiga warna tersebut secara harmonis.

Jersey tandang ini belum dirilis secara resmi, namun dijadwalkan akan tersedia di pasaran pada Juli atau Agustus 2025 mendatang, menjelang dimulainya musim baru Liga Inggris.

Baca juga: Maresca ingin Chelsea sapu bersih dua laga tersisa

Kesan elegan dan modern pada jersey ketiga

Tak kalah menarik, Nike juga menyiapkan jersey ketiga Chelsea untuk musim 2025/2026 yang tampil dengan warna dominan hitam. Warna resmi yang digunakan adalah Black sebagai dasar, dikombinasikan dengan logo perak (Field Silver) dan aplikasi berwarna biru terang (Game Royal).


Jersey ketiga ini menampilkan kesan elegan namun tetap dinamis, dan diyakini akan menjadi favorit di kalangan penggemar yang menyukai desain minimalis dan modern.

Tiga desain, tiga Karakter

Melalui tiga desain jersey terbaru ini, Chelsea FC bersama Nike mencoba menggambarkan identitas klub secara menyeluruh—dari semangat juang di kandang, nostalgia masa lalu di laga tandang, hingga gaya modern yang mencerminkan ambisi ke depan.

Kehadiran kostum baru ini diharapkan mampu memberikan semangat baru bagi skuad The Blues yang tengah membangun kekuatan untuk kembali bersaing di papan atas Liga Inggris maupun kompetisi Eropa.

Baca juga: Gol semata wayang Cucurella bawa Chelsea menang 1-0 atas United

Baca juga: Maresca nilai ekspektasi terlalu tinggi terhadap skuad muda Chelsea

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025

Tottenham juara Liga Eropa 2025, berikut koleksi gelarnya hingga kini

Para pemain Tottenham Hotspur merayakan kemenangan mereka di Liga Europa setelah pada babak final mengalahkan Manchester United dengan skor 1-0 di Stadion San Mames, Bilbao, Kamis WIB (22/5/25). (ANTARA/X/@EuropaLeague)

Jakarta (ANTARA) – Tottenham Hotspur berhasil mengakhiri puasa gelar selama 17 tahun dengan menjuarai Liga Europa musim 2024/2025 seusai mengalahkan Manchester United dengan skor tipis 1-0 pada partai final di Stadion San Mames, Bilbao, Kamis (22/5) dini hari WIB.

Gol semata wayang Brennan Johnson di babak pertama menjadi pembeda dalam laga tersebut dan memastikan gelar ketiga Tottenham di ajang Liga Europa atau sebelumnya dikenal sebagai Piala UEFA. Berdasarkan catatan UEFA, gelar ini merupakan yang pertama bagi Spurs di kancah Eropa sejak menjuarai Piala UEFA musim 1983/1984.

Capaian ini sekaligus mengakhiri penantian panjang Tottenham yang terakhir kali meraih trofi pada musim 2007/2008, ketika mereka menjuarai Piala Liga Inggris usai menaklukkan Chelsea 2-1 di partai final.

Meski kerap dianggap sebagai klub “miskin prestasi” bila dibandingkan dengan klub-klub besar Liga Inggris lainnya seperti Manchester United, Liverpool, atau Arsenal, Tottenham Hotspur sesungguhnya memiliki warisan prestasi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Berikut ini adalah daftar lengkap koleksi gelar yang pernah diraih Tottenham Hotspur sepanjang sejarah:

Baca juga: Tottenham juara Liga Europa seusai taklukkan Manchester United 1-0

1. Dua kali juara Liga Inggris

Tottenham menjuarai kompetisi kasta tertinggi di Inggris sebanyak dua kali, yaitu pada musim 1950/1951 dan 1960/1961. Saat itu, liga belum bernama Premier League seperti saat ini.

2. Delapan kali juara Piala FA

Spurs mengoleksi delapan trofi Piala FA, yaitu pada musim 1900/1901, 1920/1921, 1960/1961, 1961/1962, 1966/1967, 1980/1981, 1981/1982, dan terakhir 1990/1991.

3. Satu kali juara Piala Winners

Tottenham menorehkan sejarah sebagai klub Inggris pertama yang menjuarai kompetisi Eropa ketika memenangkan Piala Winners pada musim 1962/1963.

4. Tiga kali juara Piala UEFA/Liga Europa

Tottenham meraih trofi ini sebanyak tiga kali, yakni pada musim 1971/1972, 1983/1984, dan terbaru pada musim 2024/2025.

5. Tujuh kali juara Piala Super Inggris (Community Shield)

Spurs menjuarai Community Shield pada tahun 1921, 1951, 1961, 1962, 1967, 1981, dan 1991.

6. Dua kali juara Divisi Kedua Liga Inggris

Tottenham sempat berlaga di kasta kedua dan menjuarai Divisi Kedua pada musim 1919/1920 dan 1949/1950.

7. Empat kali juara Piala Liga Inggris (Carabao Cup)

Spurs mengangkat trofi ini pada musim 1970/1971, 1972/1973, 1998/1999, dan 2007/2008.

Baca juga: Trofi Liga Europa penting sekali bagi Tottenham

Dengan kemenangan di Liga Europa 2024/2025, total koleksi gelar resmi Tottenham kini mencapai 27 trofi. Angka ini tidak termasuk gelar-gelar dari turnamen pramusim atau pertandingan persahabatan.

Manajer Tottenham, Ange Postecoglou, menyatakan kebanggaannya atas pencapaian ini dan menekankan pentingnya gelar ini bagi pembangunan jangka panjang tim.

“Saya sangat lapar untuk membangun ini. Kami punya skuad yang sangat muda. Anda bisa bicara soal kesuksesan, tapi sampai mereka merasakannya sendiri, semuanya tidak akan nyata,” ujar Postecoglou dikutip dari TNT Sports.

Meski berhasil mengangkat trofi Eropa, masa depan pelatih asal Australia tersebut masih menjadi tanda tanya lantaran performa Spurs di Liga Inggris musim ini tergolong buruk. Klub London Utara tersebut finis di peringkat ke-17 dan nyaris terdegradasi.

“Orang-orang bisa membicarakan soal 20 kekalahan kami di liga, tapi mereka melewatkan inti dari apa yang sedang saya bangun di sini,” kata pelatih berusia 59 tahun itu.

Postecoglou, yang sebelumnya sukses di Celtic, Yokohama F. Marinos, dan Brisbane Roar, menyatakan siap melanjutkan proyek pembenahan tim jika tetap dipercaya manajemen klub.

Dengan menjuarai Liga Europa, Tottenham juga memastikan tiket ke Liga Champions musim depan, dan memberikan harapan baru bagi para penggemar bahwa era kejayaan bisa kembali dibangun di London Utara.

Baca juga: Son Heung-min akhiri penantian trofi bersama Tottenham Hotspur

Baca juga: Postecoglou ingin teruskan proyek Tottenham meski masa depan tak pasti

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025

Perjalanan karier Ange Postecoglou, pelatih visioner Tottenham Hotspur

Pelatih Tottenham Hotspur Ange Postecoglou. (ANTARA/AFP/Henry Nicholls/am.)

Jakarta (ANTARA) – Nama Ange Postecoglou kini tengah menjadi sorotan dunia sepak bola usai sukses mengantar Tottenham Hotspur menjuarai Liga Europa 2024/25. Kemenangan 1-0 atas Manchester United pada partai final di Stadion San Mames, Bilbao, Kamis (22/5) dini hari WIB menjadi titik balik klub asal London Utara itu setelah 17 tahun tanpa gelar.

Gol semata wayang Brennan Johnson di babak pertama mengukir sejarah baru bagi The Lilywhites. Gelar ini menjadi trofi Eropa pertama klub tersebut sejak menjuarai Piala UEFA pada musim 1983/84. Di balik kesuksesan itu, sosok pelatih asal Australia, Ange Postecoglou, menjadi tokoh kunci.

Dari Yunani ke Australia

Angelos “Ange” Postecoglou lahir di Nea Filadelfia, Athena, Yunani, pada 27 Agustus 1965. Pada usia lima tahun, keluarganya pindah ke Australia, tempat di mana karier sepak bolanya mulai berkembang. Sebagai pemain, Postecoglou berposisi sebagai bek tengah dan pernah memperkuat klub-klub lokal seperti South Melbourne dan Western Suburbs.

Meski tidak menonjol sebagai pemain, ia mencatatkan empat caps bersama tim nasional Australia antara tahun 1986 hingga 1988.

Baca juga: Postecoglou ingin teruskan proyek Tottenham meski masa depan tak pasti

Perjalanan melatih dari Australia ke Eropa

Setelah gantung sepatu, Postecoglou memulai karier kepelatihannya di South Melbourne dan langsung mencatatkan prestasi. Ia membawa klub tersebut menjuarai kompetisi domestik Australia dua musim berturut-turut (1997/98 dan 1998/99), serta meraih gelar juara Oceania Club Championship 1999.

Kariernya kemudian berlanjut dengan melatih tim nasional Australia kelompok usia (U-17 dan U-20), sebelum sempat menangani klub Yunani, Panachaiki. Ia kembali ke negaranya untuk memimpin Brisbane Roar, yang berhasil dibawanya menjadi juara A-League dua kali pada musim 2010/11 dan 2011/12.

Tahun 2013, Postecoglou dipercaya menangani tim nasional Australia. Puncak prestasinya sebagai pelatih The Socceroos datang pada tahun 2015 saat membawa Australia menjuarai Piala Asia AFC, setelah mengalahkan Korea Selatan di partai final. Gelar tersebut merupakan yang pertama bagi Australia sejak bergabung ke konfederasi Asia pada 2007.

Setelah sukses di level timnas, Postecoglou melatih Yokohama F. Marinos di Jepang dan mempersembahkan gelar J1 League pada musim 2019. Ia kemudian melanjutkan kiprahnya di Eropa bersama Celtic FC di Skotlandia. Bersama Celtic, ia meraih dua gelar Liga Skotlandia (2021–2023), satu Piala Skotlandia (2022/23), dan dua Piala Liga Skotlandia (2021–2023).

Baca juga: Tottenham juara Liga Eropa 2025, berikut koleksi gelarnya hingga kini

Pada pertengahan 2023, Postecoglou ditunjuk sebagai manajer Tottenham Hotspur menggantikan Antonio Conte. Penunjukan ini sempat memunculkan keraguan, mengingat rekam jejak Postecoglou yang belum pernah melatih di Premier League.

Namun, pendekatan permainan menyerang dan keberaniannya membangun tim dengan skuad muda mulai menunjukkan hasil. Gelar Liga Europa 2024/25 menjadi bukti nyata dari pendekatan jangka panjang yang mulai membuahkan hasil, meski Spurs finis di posisi ke-17 di klasemen akhir Liga Inggris dan nyaris terdegradasi.

“Orang-orang bisa membicarakan soal 20 kekalahan kami di liga, tapi mereka melewatkan inti dari apa yang sedang saya bangun di sini,” tegas Postecoglou, dikutip dari TNT Sports.

Masa depan yang belum pasti

Meski berhasil mempersembahkan trofi Eropa, masa depan pelatih berusia 59 tahun tersebut di Spurs masih belum pasti. Ia mengaku ingin terus membangun proyek jangka panjang di klub, namun keputusan tetap berada di tangan manajemen.

“Saya bukan orang yang santai soal masa depan, tapi saya akan kecewa jika tidak bisa melanjutkan jalur ini,” ujar Postecoglou.

Dengan keberhasilan meraih tiket ke Liga Champions musim depan, peluang bagi Tottenham untuk bangkit di level domestik dan Eropa masih terbuka lebar. Keberadaan Postecoglou yang dikenal sebagai pelatih visioner bisa menjadi fondasi kuat bagi Spurs dalam membangun budaya kemenangan yang selama ini dirindukan oleh para penggemarnya.

Baca juga: Kekalahan dalam final Liga Europa sangat menyakitkan MU

Baca juga: Son Heung-min akhiri penantian trofi bersama Tottenham Hotspur

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025

Bocoran jersey Barcelona musim 2025/2026, kombinasi klasik modern

Ilustrasi jersey terbaru FC Barcelona yang dikenakan oleh Lamine Yamal (Footy Headlines)

Jakarta (ANTARA) – Klub raksasa sekaligus juara bertahan La Liga, FC Barcelona, tengah bersiap menyambut musim 2025/2026 dengan jajaran jersey terbaru yang mengusung desain inovatif. Nike selaku produsen resmi apparel Barcelona kembali memperkenalkan tiga desain kostum—kandang, tandang, dan ketiga—yang masing-masing menonjolkan elemen identitas klub sekaligus kolaborasi spesial skala global.

Jersey kandang FC Barcelona musim 2025/2026 masih mempertahankan ciri khas klub dengan garis vertikal merah dan biru tua. Namun, desain kali ini menawarkan sesuatu yang baru—transisi warna secara bertahap di bagian tengah, menciptakan tampilan visual yang dinamis dan berbeda dari musim sebelumnya.


Seluruh logo pada kostum ini hadir dalam warna kuning terang, menggantikan nuansa emas yang digunakan pada musim perayaan 125 tahun klub (2024/2025). Di bagian belakang atas, terdapat bendera kecil yang menggabungkan warna klub dan bendera Catalunya sebagai simbol identitas lokal.

Jersey kandang ini dijadwalkan resmi diluncurkan pada akhir Juni 2025.

Baca juga: Chelsea resmi rilis jersey 2025/2026: Home, away, dan third kit Nike

Di sisi lain, desain jersey tandang Barcelona musim 2025/2026 menjadi sorotan utama karena menjadi bagian dari “Mamba Collection”, sebuah kolaborasi besar antara Nike dan Barcelona yang terinspirasi dari mendiang legenda NBA, Kobe Bryant. Koleksi ini sekaligus menjadi proyek kolaborasi terbesar dalam sejarah klub.


Jersey tandang menampilkan warna utama kuning emas muda (Team Gold), dipadukan dengan aksen hitam dan ungu (Persian Violet), yang terinspirasi dari kostum ikonik Los Angeles Lakers. Kerah dan ujung lengan mengusung motif hitam-ungu-hitam khas jersey NBA. Logo klub juga dihiasi pola ular sebagai penghormatan terhadap julukan Kobe Bryant, “Black Mamba”.


Celana tandang berwarna hitam dilengkapi logo Kobe berwarna abu-abu (Iron Grey), serta lambang Barcelona dan garis samping ungu.

Selain kostum tandang, “Mamba Collection” juga mencakup perlengkapan latihan, jaket, celana, hingga aksesori seperti topi, menjadikannya lini produk eksklusif dari lapangan hingga gaya hidup. Koleksi ini direncanakan rilis pada akhir Juli atau awal Agustus 2025.

Baca juga: Jersey terbaru Manchester United untuk musim depan 2025/2026

Sementara itu, jersey ketiga Barcelona musim 2025/2026 akan hadir dengan warna dasar oranye cerah (Bright Mango), dipadukan dengan aksen biru tua (Midnight Navy). Kombinasi warna ini mengingatkan pada kostum ikonik Barcelona yang digunakan pada periode 2009–2011.


Secara desain, jersey ini terinspirasi dari template klasik “Total 90” yang digunakan Nike pada pertengahan 2000-an, mengikuti tren serupa pada seluruh jersey ketiga tim elite Nike musim depan.

Jersey ketiga dijadwalkan tersedia pada Agustus atau September 2025.

Melalui kombinasi antara penghormatan terhadap sejarah klub dan pendekatan desain modern, termasuk kolaborasi ikonik “Mamba”, Barcelona menunjukkan ambisi mereka tidak hanya di atas lapangan, tetapi juga dalam membangun kekuatan merek secara global. Musim 2025/2026 akan menjadi penanda penting bagi evolusi identitas visual klub kebanggaan Catalunya tersebut.

Baca juga: Barcelona rilis jersey baru untuk musim 2020/21

Baca juga: “Jersey” Barcelona yang membuka pintu pelajar RI menimba ilmu di Qatar

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025

Desain jersey Liverpool 2025/2026 oleh Adidas: Strawberry red & retro

Jakarta (ANTARA) – Juara Liga Inggris, Liverpool FC, resmi mengakhiri kerja sama dengan Nike dan kembali menggandeng Adidas sebagai pemasok apparel utama mereka mulai musim 2025/2026. Kerja sama ini sekaligus menandai kembalinya Adidas setelah terakhir kali menjadi sponsor jersey Liverpool pada era 2006–2012.

Adidas telah menyiapkan tiga desain jersey terbaru untuk The Reds—kandang, tandang, dan ketiga—dengan pendekatan desain yang memadukan elemen klasik dan modern.

Jersey kandang: Sentuhan “strawberry red” ala 2006/2007



Jersey kandang Liverpool 2025/2026 hadir dengan warna merah ikonik yang secara resmi dinamai “Strawberry Red”. Kostum ini menampilkan desain sederhana namun elegan, serupa dengan jersey musim 2006/2007—yang kala itu dikenakan oleh legenda klub seperti Steven Gerrard, Fernando Torres dan Xabi Alonso—namun dengan pembaruan di bagian kerah dan tekstur grafis timbul (debossed graphic) yang halus.

Logo Adidas dan sponsor tampil dalam warna putih, menciptakan kontras yang bersih dan mencolok. Gaya no-nonsense pada desain ini merefleksikan identitas klasik Liverpool sebagai klub dengan sejarah panjang dan karakter kuat.

Jersey kandang ini dijadwalkan meluncur secara resmi pada 1 Agustus 2025.

Baca juga: Agen tepis kabar Jurgen Klopp akan latih AS Roma

Jersey tandang: Nuansa retro dalam “Wonder White




Jersey tandang Liverpool 2025/2026 mengusung warna dasar putih gading yang disebut “Wonder White”. Kostum ini dilengkapi aksen hitam serta kemungkinan aksen merah dalam jumlah kecil, menciptakan tampilan yang elegan sekaligus tajam.

Salah satu elemen menarik dari desain ini adalah kemungkinan penggunaan lambang klub versi perisai yang memberikan nuansa retro dan berbeda dari biasanya. Jersey tandang ini direncanakan rilis pada Juli 2025.

Jersey ketiga: “Sea Green” dan lambang klasik modern

Untuk jersey ketiga, Adidas menghadirkan nuansa segar dengan warna hijau mint yang dinamakan “Sea Green”—hampir menyerupai warna legendaris EQT Green yang populer di awal 1990-an. Jersey ini dihiasi dengan logo trefoil serta versi modern dari logo klasik Liverpool yang digunakan pada periode 1987–1992, lengkap dengan simbol Liverbird di dalamnya.

Kostum ketiga ini dijadwalkan tersedia pada Agustus 2025, bersamaan dengan peluncuran resmi jersey kandang.

Era baru dengan identitas lama

Kembalinya Adidas ke Anfield membawa harapan bagi para penggemar akan kualitas dan estetika desain yang telah terbukti selama era kejayaan klub. Ketiga jersey ini tidak hanya menjadi simbol perubahan mitra komersial, tetapi juga bagian dari upaya klub untuk memperkuat kembali identitas mereka di tengah persaingan ketat Liga Inggris dan Eropa.

Dengan kombinasi desain yang mengedepankan sejarah, kesederhanaan, dan inovasi, jersey musim 2025/2026 diharapkan dapat menyuntikkan semangat baru bagi para pemain dan pendukung Liverpool di seluruh dunia.

Baca juga: Liverpool tanpa Mac Allister pada laga pamungkas Liga Inggris

Baca juga: Mohamed Salah juga manusia biasa, kata Arne Slot

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025

Perjalanan karier Luka Modric: Dari Tottenham hingga legenda Bernabeu

Pemain Real Madrid Luka Modric (kiri) berebut bola dengan Deportivo Alaves Moussa Diarra (kanan) pada laga La Liga antara Real Madrid dan Deportivo Alaves di Santiago Bernabeu, Madrid, Spanyol, Rabu (25/9/2024). ANTARA FOTO/Xinhua/Gustavo Valiente/Spt.

Jakarta (ANTARA) – Sebuah era emas di Santiago Bernabeu resmi mendekati akhir setelah gelandang veteran Luka Modric mengumumkan keputusannya untuk meninggalkan Real Madrid usai gelaran Piala Dunia Antarklub 2025. Kepastian ini diumumkan melalui laman resmi klub pada Kamis (22/5) malam WIB, sekaligus mengakhiri kebersamaan selama 13 musim yang penuh prestasi.

Real Madrid akan memberikan penghormatan terakhir kepada Modric pada laga pamungkas La Liga musim ini melawan Real Sociedad di Santiago Bernabeu, Sabtu (24/5). Meski demikian, Modric masih akan mengenakan seragam Los Blancos untuk terakhir kalinya di Piala Dunia Antarklub yang dijadwalkan bergulir mulai 18 Juni mendatang.

Dalam surat perpisahannya, Modric menyampaikan rasa syukurnya atas perjalanan panjang bersama klub yang disebutnya sebagai “tim terbaik dunia.” Ia mengenang saat pertama kali tiba di Madrid dari Tottenham Hotspur pada 2012, dan mengaku apa yang ia raih bersama klub jauh melampaui mimpinya.

“Bermain untuk Real Madrid mengubah hidup saya, baik sebagai pribadi maupun pemain,” ujar Modric.

Baca juga: Modric tinggalkan Real Madrid usai Piala Dunia Antarklub

Dari Zadar ke Bernabeu: Perjalanan penuh liku

Luka Modric lahir pada 9 September 1985 di Zadar, Kroasia, yang kala itu masih bagian dari Yugoslavia. Masa kecilnya diwarnai konflik bersenjata yang memaksa keluarganya hidup dalam pengungsian. Tragedi kehilangan sang kakek akibat perang, serta perjuangan ayahnya sebagai teknisi militer, menjadi bagian dari kisah hidup Modric yang membentuk karakter tangguhnya.

Perjalanan sepak bolanya dimulai dari Dinamo Zagreb, yang kemudian meminjamkannya ke Zrinjski Mostar di Bosnia saat usianya masih 18 tahun. Liga Bosnia dikenal keras, tetapi Modric menunjukkan mental baja. Kepiawaiannya membuat Tottenham Hotspur tertarik membawanya ke Premier League pada 2008.

Meski sempat diragukan karena postur tubuhnya yang kecil, Modric menjawab dengan performa gemilang. Ia menjadi jantung permainan Spurs sebelum akhirnya diboyong Real Madrid pada 2012 dengan nilai transfer sekitar 30 juta euro.

Pilar kesuksesan Real Madrid

Kedatangan Modric ke Madrid menandai dimulainya era kejayaan baru. Bersama Toni Kroos dan Casemiro, ia membentuk trio lini tengah yang legendaris. Dalam 13 musim berseragam putih, Modric mencatatkan 590 penampilan dan mencetak 43 gol di semua kompetisi.

Ia turut mempersembahkan 29 trofi untuk Los Blancos, di antaranya enam gelar Liga Champions, empat La Liga, lima Piala Dunia Antarklub, serta dua Copa del Rey. Modric juga mencatatkan diri sebagai salah satu dari hanya lima pemain dalam sejarah sepak bola yang meraih enam gelar Liga Champions.

Secara individu, ia pernah meraih Ballon d’Or pada 2018, FIFA The Best Men’s Player, UEFA Men’s Player of the Year, dan dua kali dinobatkan sebagai Gelandang Terbaik Liga Champions. Ia juga masuk dalam FIFA FIFPro World XI sebanyak enam kali.

Baca juga: Real Madrid resmi datangkan Dean Huijsen

Pahlawan nasional Kroasia

Selain sukses di level klub, Modric juga menjadi ikon bagi tim nasional Kroasia. Ia telah mencatatkan 186 penampilan bersama tim nasional, menjadikannya pemain dengan caps terbanyak sepanjang sejarah Kroasia. Ia membawa negaranya mencapai final Piala Dunia 2018 dan meraih penghargaan Golden Ball di turnamen tersebut. Pada Piala Dunia 2022, ia kembali menunjukkan kelasnya dengan membawa Kroasia finis di posisi ketiga dan meraih Bronze Ball.

Penutup era

Pada musim panas 2025, Modric akan menutup lembaran indah karirnya di Madrid. Ia datang ke ibu kota Spanyol sebagai gelandang penuh harapan, dan pergi sebagai legenda yang meninggalkan warisan prestasi dan teladan.

Dalam suasana haru, Real Madrid bersiap menyambut era baru di bawah kepemimpinan pelatih Xabi Alonso. Namun, kenangan tentang Modric akan tetap hidup di setiap sudut Bernabeu—bukan hanya karena gelar yang ia menangkan, tetapi karena kisah hidupnya yang menjadi inspirasi banyak orang.

Dari reruntuhan perang hingga kejayaan di panggung sepak bola dunia, Luka Modric telah membuktikan bahwa harapan tidak pernah padam bagi mereka yang terus berjuang.

Baca juga: Real Madrid ingin pulangkan Nico Paz pada bursa transfer musim panas

Baca juga: Real Madrid buka peluang datangkan Rodri

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025

Jersey Real Madrid 2025/2026: Warna, detail, dan rencana rilis lengkap

Tampilan desain jersey terbaru Real Madrid untuk musim 2025/2026 (Footy Headlines)

Jakarta (ANTARA) – Melansir dari situs Footy Headlines, Adidas dan Real Madrid kembali menghadirkan inovasi dalam desain jersey untuk musim kompetisi 2025/2026. Bocoran mengenai tiga varian kostum utama Los Blancos—home, away, dan third kit—menggambarkan sentuhan estetika modern yang berpadu dengan elemen historis yang ikonik. Ketiganya diperkirakan akan dirilis secara resmi mulai akhir Mei hingga Agustus 2025.

Seperti lazimnya, seragam kandang Real Madrid musim 2025/2026 tetap mengusung warna dasar putih. Namun, desain tahun ini jauh dari kesan monoton. Adidas memberikan sentuhan segar berupa list kuning, pemakaian warna abu-abu muda, serta logo Adidas berwarna hitam yang mencolok. Terdapat garis kuning yang memanjang di kedua sisi jersey, sementara kerah dan ujung lengan menampilkan garis abu-abu tipis yang halus namun memberikan kesan elegan.

Warna dan desain ini disebut-sebut sebagai penghormatan terhadap jersey Real Madrid musim 2009/2010—musim pertama Cristiano Ronaldo di klub—dan musim 2015/2016, ketika Los Blancos meraih gelar Liga Champions ke-11 (La Undécima). Ronaldo saat itu mencetak 16 gol hanya dalam 12 pertandingan Liga Champions, dan menjadikan musim tersebut salah satu yang paling berkesan dalam sejarah klub.

Baca juga: Real Madrid buka peluang datangkan Rodri

Seragam kandang ini juga diprediksi akan digunakan dalam ajang Piala Dunia Antarklub FIFA 2025 yang akan berlangsung di Amerika Serikat.

Untuk laga tandang, Adidas merancang jersey yang terinspirasi dari tampilan luar Stadion Santiago Bernabéu saat malam hari. Warna dasar navy blue (biru dongker gelap) dipadukan dengan logo Adidas berwarna perak dan aksen terang bernuansa “light-volt” yang modern.

Desain garis-garis halus pada permukaan jersey mencerminkan struktur fasade stadion Bernabéu, meskipun tampilan akhir stadion setelah renovasi disebut tidak semegah konsep awal para arsitek. Warna yang digunakan juga mengingatkan pada jersey tandang musim 2012/2013, sehingga memperkuat nuansa nostalgia yang ingin dibangun pada jersey musim ini.

Secara template, jersey away ini mengusung desain Tiro 25 dengan kerah khas Teamgeist, menambahkan kesan retro yang kuat namun tetap modern. Rencananya, jersey ini akan tersedia di pasaran mulai Juni atau Juli 2025.

Baca juga: Real Madrid tutup musim 2024/25 dengan kemenangan 2-0 atas Sociedad

Sementara itu, untuk seragam ketiga Real Madrid 2025/2026 mengusung warna biru yang menyerupai jersey tandang musim 2013/2014, ketika klub meraih gelar La Décima. Warna biru ini dipadukan dengan detail dan logo trifoil berwarna putih, yang memberikan tampilan bersih dan profesional.

Inspirasi utama jersey ini datang dari desain kursi baru di Santiago Bernabéu. Pola kain pada jersey menyerupai kontur kain kursi, yang memberikan sentuhan visual unik. Tak hanya itu, bagian dalam jersey menampilkan kutipan legendaris dari Juanito: “90 minuti en el Bernabéu son molto longo”, yang berarti “90 menit di Bernabéu adalah waktu yang sangat panjang”. Kalimat ini diucapkan pada semifinal Piala UEFA 1984/1985 sebagai bentuk kepercayaan diri Real Madrid ketika menghadapi ketertinggalan dari Inter Milan.

Jersey ketiga ini dijadwalkan meluncur ke publik pada Agustus 2025, menjelang bergulirnya musim baru.

Lewat perpaduan elemen klasik dan inovasi modern, lini jersey Real Madrid untuk musim 2025/2026 menunjukkan identitas klub yang kuat sekaligus menghormati sejarah panjangnya. Desain dari Adidas kali ini bukan hanya soal estetika, tetapi juga membawa narasi emosional yang melekat pada para pendukung setia Los Blancos di seluruh dunia.

Real Madrid kembali membuktikan bahwa jersey bukan sekadar pakaian pertandingan, melainkan simbol kebanggaan, sejarah, dan semangat juang yang terus menyala.

Baca juga: Modric tinggalkan Real Madrid usai Piala Dunia Antarklub

Baca juga: Perjalanan karier Luka Modric: Dari Tottenham hingga legenda Bernabeu

Pewarta: Raihan Fadilah

Editor: Suryanto

Copyright © ANTARA 2025